tirto.id - Kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 pada Senin (29/10/2018) masih menimbulkan ragam spekulasi penyebabnya. Pesawat Lion Air ini memang nahas saat upaya pilot untuk kembali ke landasan Return to Base (RTB) tak berhasil. Namun, beberapa insiden terkait upaya RTB berhasil dilakukan seperti yang pernah dialami oleh salah satu penerbangan maskapai Qantas atau Queensland and Northen Territory Aerial Services milik Australia.
Pada 4 November 2010, salah satu insiden penerbangan dialami Qantas saat pesawat Airbus 380 (A380) yang dimilikinya, mengalami kegagalan mesin di wilayah udara Batam sesaat setelah lepas landas dari Bandara Changi, Singapura. Namun, beruntung para awak dan penumpang berhasil selamat.
Usai insiden menegangkan itu, serpihan-serpihan penutup mesin pesawat berserakan di kawasan Batam Center. Indra Kurniawan, seorang saksi mata yang berprofesi sebagai guru, mengatakan hal itu kepada BBC.
“Kami mendengar ledakan. Kemudian saya melihat sampah di langit, dan salah satu kepingan sampah itu mengenai sekolah kami. Kami semua tahu kepingan itu adalah puing-puing dari pesawat,” ujarnya.
Beberapa saat kemudian sejumlah televisi Indonesia menyiarkan insiden jatuhnya puing-puing pesawat itu. Sejumlah orang memegang lempengan-lempengan logam besar yang beberapa di antaranya terdapat warna merah dan putih yang menunjukkan logo Qantas.
Meski tak berujung kematian, insiden ini tentu saja membuat ngeri para penumpang. Kepada BBC, Lars Sandberg, seorang DJ yang dijadwalkan tur Australia mengatakan bahwa saat kejadian dirinya berada tepat di sebelah mesin yang meledak tersebut. Dentuman keras itu terjadi 10-15 menit setelah lepas landas.
“Aku pikir ada sesuatu yang jatuh menimpa muatan di bawah pesawat, tapi kemudian pesawat mulai bergetar dan aku sedikit terguncang. Aku sering bepergian dan ini adalah ketakutan besar pertama yang kualami,” ungkapnya.
Seorang penumpang lain bernama Tyler Wooster mengatakan ia mendengar dentuman seperti suara ledakan pistol yang keras. Ia amat takut dan tak tahu apa yang akan terjadi kemudian saat dia turun, apakah akan baik-baik saja atau sebaliknya.
Pada 4 November 2010, salah satu insiden penerbangan dialami Qantas saat pesawat Airbus 380 (A380) yang dimilikinya, mengalami kegagalan mesin di wilayah udara Batam sesaat setelah lepas landas dari Bandara Changi, Singapura. Namun, beruntung para awak dan penumpang berhasil selamat.
Usai insiden menegangkan itu, serpihan-serpihan penutup mesin pesawat berserakan di kawasan Batam Center. Indra Kurniawan, seorang saksi mata yang berprofesi sebagai guru, mengatakan hal itu kepada BBC.
“Kami mendengar ledakan. Kemudian saya melihat sampah di langit, dan salah satu kepingan sampah itu mengenai sekolah kami. Kami semua tahu kepingan itu adalah puing-puing dari pesawat,” ujarnya.
Beberapa saat kemudian sejumlah televisi Indonesia menyiarkan insiden jatuhnya puing-puing pesawat itu. Sejumlah orang memegang lempengan-lempengan logam besar yang beberapa di antaranya terdapat warna merah dan putih yang menunjukkan logo Qantas.
Meski tak berujung kematian, insiden ini tentu saja membuat ngeri para penumpang. Kepada BBC, Lars Sandberg, seorang DJ yang dijadwalkan tur Australia mengatakan bahwa saat kejadian dirinya berada tepat di sebelah mesin yang meledak tersebut. Dentuman keras itu terjadi 10-15 menit setelah lepas landas.
“Aku pikir ada sesuatu yang jatuh menimpa muatan di bawah pesawat, tapi kemudian pesawat mulai bergetar dan aku sedikit terguncang. Aku sering bepergian dan ini adalah ketakutan besar pertama yang kualami,” ungkapnya.
Seorang penumpang lain bernama Tyler Wooster mengatakan ia mendengar dentuman seperti suara ledakan pistol yang keras. Ia amat takut dan tak tahu apa yang akan terjadi kemudian saat dia turun, apakah akan baik-baik saja atau sebaliknya.
“Ini yang saya lihat dari jendela dekat tempat duduk saya beberapa menit setelah lepas landas. Mengerikan,” terang Ulf Waschbusch, salah seorang penumpang yang mengambil gambar sayap pesawat sebelum mendarat dan mengunggahnya di laman media sosial.
Beruntung para pilot dan awak pesawat melakukan langkah-langkah efektif yang akhirnya berhasil mendaratkan kembali pesawat berbadan lebar itu di Bandara Changi.
“[Kapten] melakukan pekerjaan dengan baik dalam meyakinkan kami dengan membuat pengumuman setiap beberapa menit,” imbuh Sandberg.
Selama 90 menit ketegangan yang mendera 433 penumpang dan 26 kru pesawat tersebut berakhir setelah sebelumnya pesawat berputar-putar untuk membuang bahan bakar dan melakukan pendaratan.
“Para penumpang bersorak dan memuji awak pesawat yang tetap menjaga ketenangan,” tulis The New York Times.
Beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Changi, pilot mendengar dua ledakan keras yang hampir bersamaan. Setelah itu diikuti peringatan kebakaran dari sistem yang menyala sebagai indikasi kegagalan mesin.
Setelah beberapa kali mencoba, pilot akhirnya dapat mematikan mesin yang rusak. Hiruk-pikuk alarm dan kedipan peringatan pada komputer tak membuat pilot panik, sehingga laju pesawat tetap bisa dikontrol dan kembali ke Bandara Changi.
Biro Keselamatan Transportasi Australia menyatakan potongan logam dari turbin mesin yang rusak merobek lubang di sayap kiri dan badan pesawat. Ledakan tersebut memicu serangkaian kegagalan listrik dan hidrolik. Para penyelidik menemukan potensi cacat manufaktur di dalam mesin Trent 900 yang digunakan A380 yang dibuat oleh perusahaan Rolls-Royce.
“Peneliti percaya kesalahan mesin menyebabkan keretakan sehingga minyak bocor ke dalam mesin yang panas, lalu menciptakan ledakan dan membuat salah satu cakram turbin menjadi serpihan yang merusak sayap kiri pesawat dan badan pesawat,” tulis The New York Times.
Beruntung para pilot dan awak pesawat melakukan langkah-langkah efektif yang akhirnya berhasil mendaratkan kembali pesawat berbadan lebar itu di Bandara Changi.
“[Kapten] melakukan pekerjaan dengan baik dalam meyakinkan kami dengan membuat pengumuman setiap beberapa menit,” imbuh Sandberg.
Selama 90 menit ketegangan yang mendera 433 penumpang dan 26 kru pesawat tersebut berakhir setelah sebelumnya pesawat berputar-putar untuk membuang bahan bakar dan melakukan pendaratan.
“Para penumpang bersorak dan memuji awak pesawat yang tetap menjaga ketenangan,” tulis The New York Times.
Baca juga:
Pasca-Insiden Qantas
Beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Changi, pilot mendengar dua ledakan keras yang hampir bersamaan. Setelah itu diikuti peringatan kebakaran dari sistem yang menyala sebagai indikasi kegagalan mesin.
Setelah beberapa kali mencoba, pilot akhirnya dapat mematikan mesin yang rusak. Hiruk-pikuk alarm dan kedipan peringatan pada komputer tak membuat pilot panik, sehingga laju pesawat tetap bisa dikontrol dan kembali ke Bandara Changi.
Biro Keselamatan Transportasi Australia menyatakan potongan logam dari turbin mesin yang rusak merobek lubang di sayap kiri dan badan pesawat. Ledakan tersebut memicu serangkaian kegagalan listrik dan hidrolik. Para penyelidik menemukan potensi cacat manufaktur di dalam mesin Trent 900 yang digunakan A380 yang dibuat oleh perusahaan Rolls-Royce.
“Peneliti percaya kesalahan mesin menyebabkan keretakan sehingga minyak bocor ke dalam mesin yang panas, lalu menciptakan ledakan dan membuat salah satu cakram turbin menjadi serpihan yang merusak sayap kiri pesawat dan badan pesawat,” tulis The New York Times.
Tingkat kerusakan tersebut terlihat dari kamera yang dipasang pada ekor pesawat. Gambar menunjukkan semburan cairan yang kemungkinan bahan bakar dan cairan hidrolik. Cairan tersebut mengalir dari bawah sayap kiri.
Saat pesawat kehilangan bahan bakar, pusat gravitasinya mulai bergeser dan berpotensi mengancam keseimbangan. Hal itu juga menyulitkan kru untuk mentransfer bahan bakar ke tangki lain.
Pilot yang memiliki 72.000 jam terbang kemudian mempersiapkan pendaratan. Ia memerintahkan para pramugari untuk mempersiapkan evakuasi darurat jika pesawat berakhir mendarat di air pada ujung landasan pacu Bandara Changi.
Rolls-Royce yang memproduksi mesin Trent 900 yang digunakan pesawat A380 menyatakan tidak pantas menarik kesimpulan secara terburu-buru bahwa insiden tersebut disebabkan oleh cacat manufaktur. Meski demikian, mereka menyarankan untuk menangguhkan sejumlah penerbangan A380 sampai penyelidikan insiden tersebut tuntas.
Sementara Alan Joyce, Chief Executive Officer Qantas mengatakan pesawat A380 yang dipakai Qantas QF32 memang mengalami kegagalan mesin yang signifikan. Sejalan dengan Rolls-Royce, mereka segera menangguhkan penerbangan rute lain yang dilayani oleh A380 sampai mereka yakin bahwa persyaratan keamanan pesawat tersebut benar-benar sudah terpenuhi.
Saat pesawat kehilangan bahan bakar, pusat gravitasinya mulai bergeser dan berpotensi mengancam keseimbangan. Hal itu juga menyulitkan kru untuk mentransfer bahan bakar ke tangki lain.
Pilot yang memiliki 72.000 jam terbang kemudian mempersiapkan pendaratan. Ia memerintahkan para pramugari untuk mempersiapkan evakuasi darurat jika pesawat berakhir mendarat di air pada ujung landasan pacu Bandara Changi.
Rolls-Royce yang memproduksi mesin Trent 900 yang digunakan pesawat A380 menyatakan tidak pantas menarik kesimpulan secara terburu-buru bahwa insiden tersebut disebabkan oleh cacat manufaktur. Meski demikian, mereka menyarankan untuk menangguhkan sejumlah penerbangan A380 sampai penyelidikan insiden tersebut tuntas.
Sementara Alan Joyce, Chief Executive Officer Qantas mengatakan pesawat A380 yang dipakai Qantas QF32 memang mengalami kegagalan mesin yang signifikan. Sejalan dengan Rolls-Royce, mereka segera menangguhkan penerbangan rute lain yang dilayani oleh A380 sampai mereka yakin bahwa persyaratan keamanan pesawat tersebut benar-benar sudah terpenuhi.
(tirto.id - Sosial Budaya)
Penulis: Irfan Teguh
Editor: Suhendra
Penulis: Irfan Teguh
Editor: Suhendra